Jiwa peraturan kapitalisme terlihat jelas pada egoisme, bebas menumpuk harta kekayaan, mengembangkan dan membelanjakanya. Pemikiran yang berorentasi kepada individualisme sama sekali tidak memperhatikan kepentingan orang lain kecuali kalau ada manfaat yang dapat di petiknya. Mereka tidak mementingkan kemaslahatan orang lain jika itu bertentangan dengan kemaslahatan pribadi. Slogan mereka adalah "berasaing demi lawan" dan bertekat mengalahkanya.
Sikap kapitalis ini tidak mementingkan apa dan siapa kecuali laba dalam jumlah besar. Segala cara dihalalkan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Ingat mereka hanya tertuju pada uang. Uanglah yang membuat menyelesaikan segala urusan, uanglah yang bisa menciptakan negara makmur dan kehidupan tenang.
Bagi kaum kapitalis, tempat peribadatan terbesar untuk menyembah uang adalah pasar dan bank. Sampai-sampai, mereka menilai hartkat manusia sesuai dengan adanya pengaruh uang yang dimilikinya.
Dalam sistem kapitalis, individu merupakan poros perputaran ekonomi. Individu adalah penggerak dan sekaligus tujuan akhir aktivitas ekonomi tersebut. Negara tidak berhak mengatur individu, bahkan negara harus memberikan kebebasan seluas-lusnya kepada individu. Individu bebas melakasanakan aktivitas ekonomi dan berbuat sesuka hati, baik itu mendatangkan laba atau sebaliknya. Mereka tidak peduli apakah tindakan mereka ini menimbulkan dampak positif ataupun dampak negatif bagi masyarakat.
Dalam sistem kapitalis, individu merasa memiliki harga diri dan eksistensi. Terbuka baginya jalan untuk mengembangkan bakat. Namun, dalam banyak hal, sistem kapitalis merupakan malapetaka bagi manusia. Mengapa demikian? Dalam paham kapitalis kita menemukan sikap ego. Bencana yang ditimbulkan dari sikap ini ialah ambisi untuk mengumpulkan harta dalam jumlah besar tanpa pernah puas. Mereka bagikan neraka ketika ditanya Allah, "Kami bertanya kepada jahanam, Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab "masih adakah tambahan?"
Sedangkan masyrakat biasa-- terutama kaum lemah dan tertindas -- adalah kelompok terbuang, sampah masyrakat yang terlupakan dan tidak ada artinya dalam pembangunan di era globalisasi saat ini.
DR. YUSUF QORDOWI
Post a Comment