Sikap Islam terhadap harta adalah bagian dari sikapnya terhadap kehidupan dunia. Dalam memandang dunia, Islam selalu bersikap tengah-tengah dan seimbang. Islam tidak condong kepada paham yang menolak dunia secara mutlak, yang menganggap dunia adalah sumber kejahatan yang harus dilenyapkan, yaitu menolak kawin dan melahirkan keturunan, berpaling dari kesenangan kenikmatan dunia dari hal makanan, minuman, pakaian, perhiasan dan kesenangan-kesenangan lainya serta menolak kerja keras untuk kepentingan duniawi. Inilah filsafat Brahma Hindu, Budha di Cina, Manuwiyah di Paris, Ruwaqiyah di Yunani, Kerahiban dalam Kristen dan manuisme di Persia.
Islam juga tidak condong kepada paham yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir, sesembahan, dan pujaan. Paham ini menjadikan dunia sebagai Tuhan dan penganutnya menjadi hambanya dan berbuat apa saja untuk dunia. Inilah paham yang dianut materialisme dan hendonisme yang terus berkembang sesuia dengan tempat dan waktu.
Paham lain yang tidak jauh berbeda dengan paham diatas ialah tidak mengenal kehidupan akhirat dan menafikan kehidupan setelah mati. Penganut paham ini berkata, "Sesungguhnya kehidupan ini tidak lebih dari pada proses yang mulai dari rahim yang melahirkan dan diakhiri oleh bumi yang mengubur (tubuh). Inilah pandangan komunis tentang hidup dan kehidupan, paham ini menganut selogan, "Tidak ada tuhan, kehidupan tidak lebih dari pada materi (benda)." Menurut Al Quran penganut aliran ini termasuk golongan yang akan mengalami siksaan pedih di akhirat.
Islam tidak menganut salah satu dari dua paham diatas, dan tetap bersikap moderat (jalan tengah) dalam memandang dunia. Bagi umat islam dunia bagaikan kebun untuk kehidupan akhirat. Dunia adalah jalan menuju tempat yang lebih kekal. Karena dunia ini merupakan jalan, maka ia dibuat sedemikian rupa agar manusia yang melewatinya merasa aman dan sampai ke tujuan dengan selamat. Misalnya. lihat uangkapan Al Quran tentang umat islam yang hidup moderta: "Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala di akhirat.
Hadist Nabi menerangkan bahwa di antara doa Nabi yang selalu diucapkan ialah, "Ya Tuhanku, berilah aku kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkanlah aku dari siksa api neraka."
Hadist lain menjelaskan, "ketika datang seorang lelaki kepada Rasullah, ia berkata, 'Ya Rasullah, apa yang saya ucapkan tatkala meminta kepada Allah?' Nabi menjawab, 'Katakanlah, 'Ya Allah ampunilah saya, rahmatillah saya, selamatkanlah saya (dari penyakit dan petaka), karuniakan rezki bagiku. 'Sesungguhnya doa-doa ini menghimpun bagimu kebahagian dunia dan akhirat.
Jika doa menghimpun kebahgiaan dan optimisme yang ingin dicapai oleh seorang muslim dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka ta'awwudz (memohon perlindungan) adalah kumpulan dari kejahatan yang tidak diingkan seorang muslim bagi kehidupan agama dan dunianya.
Ta'awwudz yang selalu diucapkan Nabi ialaha, "Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, kekecutan hati, ketuaan, dan kebakhilan. Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari azab kubur, fitnah, pada masa hidup dan setelah mati.
Ta'awwudz ini merupakan ungkapan mohon perlindungan kepada Allah dari mala petaka dan kejahatan yang ada pada dua kehidupan: dunia dan akhirat.
Dengan demikian, jelaslah bahwa sikap jalan tengah merupakan prinsip dan syiar Islam. Prinsip inilah yang dipahami para sahabat Rasullah. Mereka hidup untuk kepentingan agama tanpa sedikit pun melupakan kehidupan dunia. Bagi mereka, dunia adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari agama.
Beberapa sahabat berkata, "Berbuatlah untuk dunia mu seakan-akan kamu hidup untuk selama-lamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok."Berdasarkan pemahaman Islam yang benar ini, kita saksikan bahwa kehidupan umat Islam sesuai dengan ungkapan tersebut. Diantara mereka terdapat pedagang yang sukses dan orang kaya seperti Ibnu Auf dan Ibnu Affan. Ada pula yang hidup sederhana dan zuhud, seperti Abud Daud dan Salman. Namun, semuanya bersatu dan bersama-sama mengemban amanat suci menyebarkan syariat Islam ke seluruh pelosok dunia. Inilah dunia mereka.
Source: Buku Norma dan Etika EKONOMI ISLAM oleh DR. YUSUS QARDAWI.
Penerbit Gema Insani.
Post a Comment