"So many books, so litle time"
-Frank Zappa-
Buku jika dibandingkan jumlahnya dengan waktu yang kita miliki sangatlah sedikit. Seumur hidup digunakan untuk membaca tanpa jeda, buku belumlah habis. Ilmu belumlah tuntas. Wawasan masih tersisisa sejauh cakrawala. Dan kita masih layak mencela diri, bodoh. Lalu bagaimana jika tak sisakan waktu untuk membaca?
Buku, bukanlah broadcast-an socmed, bukan kopasan anonimus. Bukan pula cuilan artikel dari internet. Beda, buku itu ilmu, Punya sopan santun, punya tata krama ilmiah. Jelas identitasnya, bertanggung jawab penulisnya, utuh penyampaianya. Jangan merasa berilmu setelah baca borcast-an socmed sebelum mambaca buku.
Buku itu punya berkah, awet. Tulisan di majalah dianggap mati setelah umur majalahnnya habis. Hanya sebulan broadcast-an dan postingan socmed tak akan dibaca lagi setealah tenggelam. Malas mau scroll lagi. Adapun buku, buku akan tetap hidup. Tahunan. Abadan. Mungkin ada yang umurnya sampai kiamat.
Bacalah buku, yang dari kertas saja. Tidak punya tombol menu yang bisa mengalihkan perhatian. Minus radiasi dan tidak bikin mata pedih. Yang suka bikin ngantuk bukan buku kertas atau buku digital, tapi Setan, mungkin. Dia tidal suka kalau kita pintar.
Ada banyak buku, terlalu sedikit waktu. Sisihkan waktu untuk buku. Bahkan meksi sambil lalu, buku akan tetap memberi ilmu.
Sumber: Majalah Ar risalah
(Abrazen)
Post a Comment