Tahun baru, seharusnya nggak ada yang istimewa. Tapi, tiap orang tetiba punya resolusi alias mimpi-mimpi yang ingin direalisasikan setahun ke depan. Kalau boleh kasih saran, gimana kalau resolusinya adalah boikot ide sesat. Wah, apaan tuh?
Kamu
pasti tahu kan, Desember lalu masih hangat dalam ingatan, bagaimana umat Islam
sontak bersatu padu dalam aksi bela Islam. Aksi 212 membungkam banyak mulut.
Mempermalukan banyak pihak. Memutarbalikkan aneka prediksi. Menjungkirbalikkan
situasi. Widihh…
Gini
ceritanya. Banyak yang meragukan, jumlah massa 212 bakal lebih banyak dari aksi
411. Nyatanya, berkali-kali lipat. Sebelumnya, aparat melarang aksi dilakukan
di jalanan ibukota, suruh dipusatkan saja di Monas. Nyatanya, Monas luber,
akhirnya tumpah-tumpah pula ke jalanan ibukota yang tadinya dilarang.
Aparat
berwenang juga melarang kendaraan umum mengangkut umat Islam yang mau ke
Jakarta. Nyatanya, peserta rela jalan kaki. Bahkan, militansi mujahid Ciamis
yang menempuh ratusan kilometer membakar semangat mujahid kota lain yang juga
memutuskan long march. Seperti Bogor, Depok, Serang, dan sebagainya. Banyak
tokoh koar-koar salat Jumat di jalanan nggak sah, nyatanya presiden dan
wakilnya, termasuk menteri agama ikut gabung salat bersama. Muka simpen di
bantal aja, deh! Malu berat.
Begitulah.
Rencana Allah itu indah. Selama membela kebenaran, nggak usah takut dengan
segala makar. Maka, moment itu benar-benar resmi jadi perekat umat Islam.
Menyatukan banyak golongan. Membangkitkan ghiroh keislaman. Menggetarkan jiwa.
Sekaligus, menggentarkan musuh.
Dan,
keindahan pasca aksi akbar itu masih terus bergaung hingga kini. Misalnya, umat
Islam jadi melek media atau punya media awarness. Aksi 212 sukses membuka
kedok, mana media yang berpihak pada Islam dan mana yang anti-Islam.
Umat
terbuka mata, bahwa selama ini, media mainstream kerap nggak adil memberitakan
fakta tentang umat Islam. Penuh dusta dan cap negatif. Penuh rekayasa dan
monsterisasi. Maksudnya, menciptakan opini bahwa umat Islam itu buruk.
Keraslah, tidak toleranlah, dll.
Tapi,
umat sekarang udah cerdas. Bisa memilah-milah, mana opini yang bener dan mana
yang menyesatkan. Hasilnya, umat juga mulai punya sikap. Misalnya, memboikot
media yang tidak pro-Islam. Dan bahkan menggelorakan semangat agar umat Islam
memiliki media sendiri untuk membangun opini. Bagus.
Perang di Dunia Maya
Saat
ini, peran media dalam membangkitkan umat udah nggak bisa ditawar-tawar lagi.
Di era teknologi informasi ini, kemampuan umat Islam tidak hanya diuji di ranah
fisik. Ya, tuntutan untuk jihad secara nyata berupa perang melawan musuh-musuh
Islam belum bisa ditegakkan seluruh umat Islam. Hanya warga muslim di
negara-negara konflik yang dijajah negara kafir saja yang berpotensi mati
syahid. Seperti warga Palestina, Syuriah, Myanmar, dll.
Di
Indonesia yang belum menerapkan sistem Islam, belum bisa memenuhi panggilan
jihad memanggul senjata. Saat ini, perang di media menjadi keniscayaan. Maka,
sembari tetap menyiapkan kekuatan fisik, umat Islam harus menguasai kekuatan
digital.
Alhamdulillah,
berkat kesadaran akan pentingnya dakwah melalui media, dengan izin Allah, sudah
terwujud tentara-tentara cyber yang siap gerilya di dunia maya. Meruntuhkan
opini-opini menyesatkan yang dibangun media masinstream, maupun digelorakan
musuh-musuh Islam melalui akun-akun kloningnya. Merekalah cyber army harapan
umat.
Kekuatan
mereka tidak bisa disepelekan. Meski berbekal cuitan, status atau komentar ala
kadarnya di media sosial, nyatanya kekompakan umat Islam berhasil meruntuhkan
makar para musuh Islam. Contoh nyata adalah keberhasilan propaganda boikot
media sekuler. Betapa besar dampak yang dirasakan. Umat Islam mayoritas negeri
ini, tak sudi lagi menonton tayangan media tersebut.
Dan
tak kalah dahsyat, boikot produk roti yang secara sepihak lantang mengaku tak
mendukung aksi umat Islam. Padahal umat Islam adalah konsumen terbanyak mereka
selama ini. Sungguh tidak tahu terima kasih. Kini, rasakan hukuman dari umat
Islam yang kompak menyatakan putus hubungan dengan roti tersebut. Dikira roti
enak cuma doi yang punya? Huh!
Kuasai Teknologi
Nah,
kamu-kamu, ya, kamu, yang masih remaja dan calon pemimpin harapan bangsa.
Kamulah masa depan penguasa teknologi informasi. Jangan sampai gaptek, ya.
Jadikan akun-akun media sosial yang kamu punya sebagai ajang dakwah. Jadilah
cyber army yang cetar membahana. Tampaknya sepele dan sedikit kontribusi jari
jemarimu, tapi kamu tak pernah tahu, dampaknya luar biasa bagi kebangkitan umat
Islam.
Tentu
saja, supaya bisa jadi cyber army yang benar dan terarah, kamu musti
banyak-banyak belajar. Bekali akal dengan pemahaman Islam yang mendalam.
Belajar mencermati fakta dan menganalisanya. Nggak usah takut menyampaikan
kebenaran. Lama-lama kamu pasti bisa dan biasa.
Kuncinya,
jangan malas ngaji. Terus benahi kepribadian Islam kamu. Sebab, tanggung jawab
masa depan Islam kelak di tanganmu. Termasuk tanggung jawab memikul dakwah, wa
bil khusus dakwah melalui media. Melalui aktivitas dakwah yang intensif, baik
offline maupun online, umat Islam bakal sukses memboikot ide-ide sesat.
Sumber : Majalah
D’Rise edisi Januari
(fauziya/muslimahzone.com)
Post a Comment