7KA2wVmfD46tLXROz6iytLpgfA5SdPnQPMCkzpDM

Jodoh : Memilih Atau Dipilih ?


Muslimahzone.com – Untuk para ukhti yang sedang menanti jodohnya, berikut adalah ringkasan tulisan dari Ustadz Salim A. Fillah. Semoga dapat menghilangkan kegalauan dan meyakinkan niat dalam keimanan.

PERTAMA: Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya. Tahu darimana?
Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran: Maryam dan Asiah.
Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami, dan Asiah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? NO!
Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.
KEDUA: Bagaimana pandangan tentang jodoh?
Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.
KETIGA: Bagaimana tentang nasib dalam perjodohan?
Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya.
Beda cara, beda rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.
KEEMPAT: Bagaimana tentang hal nafkah rezeki?
Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.
KELIMA: Bagaimana cara menjemput jodoh?
Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.
KEENAM: Bagaimana tentang taaruf?
Dalam urusan jodoh, ta’aruf adalah proses seumur hidup.
Rumus terpenting: Jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.
KETUJUH: Bagaimana cara mengenali calon pasangan yang baik?
Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni interaksinya ke Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.
KEDELAPAN: Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.
2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dll. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif.
3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat. Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensinya satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung.
KESEMBILAN: Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu?
Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar.
Silakan pilih: Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya berlalu.
Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup.
Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.
KESEPULUH: Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak?
Tanyakan pada hatimu: Mana diantara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga?
Sekian.
Semoga bermanfaat.
(fauziya/muslimahzone.com)


Related Posts
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment