Sebuah proses pencapaian, seringkali jauh lebih penting dari pada hasilnya. Hal yang tentu saja sulit mengingat kegemaran kita akan sesuatu yang nikmat dan cepat, mudah tanpa lelah, praktis tidak ribet, alih-alih berjuang dalam masa yang panjang, atau menunggu dengan kesabaran. Sedang syahwat yang begejolak oleh sinyal-sinyal nikmat yang menjanjikan, seringkali tak berdaya melawanya.
Pada perjalanan proses, kita akan menemukan kesadaran tentang arti perubahan kebaikan yang hakiki. Bukan semata pengejaran hasil yang kadang membuat kita pongah karena merasa hebat, atau malah jatuh luluh lantak karena merasa gagal. Ia juga bukan tentang seberapa kita bisa memanjakan hasrat akan kenikmatan, atau bagaimana khalayak ramai memberi tanggapan. Ia adalah murni pembuktian kualitas iman, bukan syahwat yang mencari pembenaran.
Karena kita tahu bahwa hasil yang tampak memukau tidak selalu paraler dengan kerja rumit, sulit dan juga benar. Dan kegagalan juga bukan berarti karena malas atau salah. Terlalu banyak rahasia dan rencana dari sang khalik, dan kita terlalu bodoh dan picik. Juga, karena kita percaya bahawa semua pencapaian adalah ujian, seperti apapun penampakanya, serta seperti apa jua reaksi dari kita saat menemukanya. Sebab hamba beriman, semuanya bukan persoalan besar asalkan bisa menyiapkan dengan benar.
proses yang benar adalah bukti komitmen atas nilai kebenaran yang diyakinkan. penyerahan diri dalam bentuk tindakan. Sebab percaya sempurnanya petunjuk dari Yang Maha Membrri Ilmu, juga pasrahan total tentang hasil yang akan dipanen, Bahlwa itulah perolehan terbaik dalam keyakinan akan berbagai hikmah yang mengirnginya, juga kemampuan mengahadapinya. Bahwa Allah, juga pasti tidak akan pernah menghianati kepatuhan hamba Nya. Diamana Dia pernah bersumpah akan memberi bahkan sebelum mereka berdoa, asalkan mereka dalam kepatuahan kepadaNya. Karena Dia tahu apa yang menjadi kebutuhan manusia melebihi pengetahuan mereka tentangnya.
Akhirnya, proses adalah benarnya urutan tindakan dan penjiwaan dalam langkah-langkah yang diambil. Ibarat membuat adonan tepung, yang meski dengan komposisi bahan yang sama, namun berbeda dalam urutan tindakan dan takaranya, bisa menjadi sangat jauh berbeda hasilnya. Proses membingkai tindakan agar tak acak, atau hanya rangkaian kosong yang melelahkan dan tidak asal bergerak, hingga kehilangan alasan kenapa harus ada prioritas dan kecintaan. Dalam tataran penghambaan, ia adalah ittiba' atau peneladanan kepada Rasullah sebagai aturan mainnya, juga ikhlas sebagai jiwanya. Inilah harga mati yang tidak bisa ditawar agar pencapaian tak terasa hambar dan kegagalan masih berpunya makna.
Agar semunya tidak berubah serupa debu bertebangan, sebab ditolak sang Penguasa alam. Sebab apa yang kita temukan adalah hasil dari apa yang kita jalani.
Agar semunya tidak berubah serupa debu bertebangan, sebab ditolak sang Penguasa alam. Sebab apa yang kita temukan adalah hasil dari apa yang kita jalani.
Sumbera: Majalah Ar risalah
Post a Comment