Jangan Ikuti DILAN
Semoga kau tak seperti Dilan, yang senengnya merayu anak perempuan orang. Jangan lemah seperti Dilan, menanggung rindu saja dia sudah tak kuat. Mengarungi kehidupan di dunia ini kita harus kuat, terutama berperang melawan syahwat.
Jangan sok keren seperti Dilan, karena memuji kecantikan wanita dan bisa jatuh cinta pada sore harinya adalah gombal. Anak muda itu bukan penggombal, tapi ia pejuang dalam menjaga hatinya agar selalu berpaut pada Allah.
Jangan menjadi psikopat kayak Dilan, Nak. Menghilangkan jejak kehidupan seseorang hanya karena katanya ia menyakiti wanita yang disenanginya. Jika kau pemberani dan bernyali, kau akan berjuang menghilangkan kemungkaran di medan dakwah dan jihad.
Pemuda itu, sebelum tidur selalu bermuhasabah atas hari yang dilewatinya, bukan mengucapkan selamat tidur secara diam-diam kepada wanita yang dipacarinya.
Aduh Nak, anak lelaki itu harus tahu bahwa kegagahannya untuk memuliakan Islam dan kaum muslim. Kegagahan bukan untuk bermaksiat kepada Allah dan menjerumuskan diri dan anak perempuan orang dalam kekejian pergaulan.
Semoga generasi muda muslim selalu mampu menjaga kehormatannya, memuliakan lawan jenisnya dngan menjaga interaksi. Tidak memperturut hawa nafsu dan punya "standar keren" yang benar.
Tadabburilah kisah si ganteng nan solih Mush'ab bin Umair. Ia gagah, ganteng, kaya raya, parlente, terhormat, dan cerdas. Tapi, tak pernah ia pakai semua itu untuk menggombal para wanita. Ia bahkan meninggalkan semua keglamoran kehidupannya lalu berhijrah ke Islam dan menjadi penerus lisan RasuululLaah shollalLaahu 'alayhi wasallam. Ia wafat dalam kemiskinan setelah menjadi wasilah hidayah bagi penduduk Madinah. Lalu apa bagiannya di sisi Allaah? Allaah dan Rasul-Nya meridhoinya.
Lalu di mana posisi Dilan? Ia adalah karakter fiktif yang melenakan banyak muda mudi.
Sekali lagi Nak, jangan seperti Dilan yaa...
Jakarta, 04 February 2018
Saat Kisah fiktif Dilan menggerogoti benak para pemuda.....
Post a Comment