Dijaman
Belanda, penjajah mengkapling-kapling pekerjaan bagi penduduk negeri jajahan
ini agar mudah mereka kuasai. Perdagangan hanya diarahkan untuk kaum minoritas
dari timur (Arab, China dan India), sedangkan penduduk pribumi diarahkan oleh
mereka untuk bertani tanaman-tnaman yang utamanya untuk kebutuhan mereka. Agar
mudah dikendalikan oleh penjajah ini pula, tokoh-tokoh masyarakat pribumi
diangkat menjadi priyayi – pekerjaannya enak, terhormat dan bergaji tinggi.
Maka mayoritas penduduk pribumi negeri ini yang menderita saat itu punya
cita-cita untuk anak-anaknya : ‘kelak kalau sudah besar jadi priyayi’ !
Ratusan
tahun berlalu, tetapi cita-cita untuk menjadi priyayi, menjadi pegawai yang
digaji tinggi dengan pekerjaan yang enak dan terhormat ini tetap menghantui
mayoritas penduduk negeri ini – lagi pula siapa yang tidak mau memiliki
pekerjaan enak, terhormat dan bergaji tinggi ? semua juga mau.
Maka
tidak ada yang salah dengan cita-cita ini sebenarnya, tetapi sebagaimana visi
pada umumnya, cita-cita harus dijabarkan agar cita-cita itu tercapai. Hanya
yang bisa menjabarkannya dalam bentuk langkah-langkah yang konkritlah – yang
kemudian berhasil merealisasikan visinya.
Dalam
dunia startup misalnya hukum pareto 20/80-nya adalah 20 % cita-cita atau ide,
sedangkan 80 % selebihnya adalah eksekusi. Maka hanya bercita-cita tanpa
eksekusi, kecil kemungkinannya untuk berhasil. Sebaliknya tanpa ide atau
cita-cita yang jelas sekalipun, ketika kita bekerja keras mengeksekusi rencana
kita sehari-hari, kita akan sampai pada sesuatu yang berarti.
Berapa
banyak orang yang sukses sekarang di bidang yang jauh di luar bidang yang dia
cita-citakan. Bila waktu kecil dahulu cita-cita yang paling umum adalah ingin
menjadi dokter, menjadi insinyur atau bahkan juga menjadi presiden – berapa
banyak jenis pekerjaan atau profesi ini yang terealisir ? Mayoritasnya akan
keluar jalur.
Apalagi
di jaman modern ini, setiap 6 bulan lahir inovasi baru berarti lahir pula jenis
pekerjaan baru. Dari 25 jenis top job and the fastest growing occupation ,
hanya ada satu atau dua jenis pekerjaan yang dahulu sudah ada ketika kita
kuliah – artinya mayoritasnya adalah jenis pekerjaan baru.
Artinya
bila ukurannya adalah profesi atau jenis pekerjaan seperti insinyur dan dokter
yang merupakan cita-cita yang umum sewaktu kita kecil dahulu - betapa sulitnya
orang tua sekarang untuk sekedar bisa bercita-cita ingin menjadi apa anaknya
kelak ketika dewasa. Apa yang terbayang oleh orang tua sekarang, mungkin sudah
tidak ada lagi atau tidak relevan lagi ketika anaknya dewasa.
Tetapi
cita-cita orang tua untuk anaknya bukan berarti tidak perlu, dia harus tetap
ada agar dia bisa mengarahkan pendidikan dan bekal terbaik untuk anaknya.
Bagaimanapun anak terlahir fitrah dan orang tuanyalah yang menjadikan orang
seperti apa dia kelak.
Dan
untuk ini, ada cita-cita yang bisa menjadi contoh atau rujukan – cita-cita yang
tetap valid selama ribuan tahun sejak diucapkan oleh orang pertama yang
mencita-citakannya yaitu Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam. Lihat contoh beberapa
cita-cita Ibrahim untuk anak keturunannya berikut ;
“Ya
Rabb kami jadikanlah kami orang-orang yang berserah diri (muslim), dan juga
anak keturunan kami umat yang berserah diri kepadamu (muslim)…, ya Rabb kami
utuslah ditengah-tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, mengajarkan kitab dan hikmah…”
(QS 2:128-129)
Lihat
contoh cita-cita yang dituangkan Ibrahim dalam do’a untuk anak cucunya
tersebut, betapa hingga kini masih sangat relevan setelah ribuan tahun berlalu
sekalipun. Bandingkan ini dengan cita-cita orang di jaman ini, yang bisa jadi
tidak lagi relevan setelah beberapa puluh tahun saja.
Lantas
kalau kita bercita-cita untuk anak cucu kita seperti cita-citanya Nabi Ibrahim
tersebut di atas , ingin anak keturunan kita tetap menjadi muslim yang mampu
mebaca ayat-ayatNya, mengajarkan kitab dan hikmah – akan seperti apa masa depan
anak cucu kita kelak ?
Seyakin
Nabi Ibrahim atas masa depan anak cucunya, bila anak cucu kita tetap muslim dan
mampu dengan sempurna membaca ayat-ayatNya (Qauniyah maupun Kauliyah), membaca
kitab dan hikmah dalam arti yang sesungguhnya, termasuk menjadikannya petunjuk
dan nasihat – bukankah dia sudah akan menjadi orang yang akan mampu menjawab
setiap persoalan pada jamannya ?
Karena
inipun sudah dijanjikanNya : “…dan Aku turunkan kitab (Al-Qur’an)
kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu (menjawab setiap persoalan), sebagai
petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(Muslim)…” (QS 16:89).
Inilah
tugas orang tua di jaman ini, untuk mengantisipasi perubahan yang sangat cepat
di segala bidang – kita harus menyiapkan generasi yang akan datang generasi
yang tangguh, memiliki bekal yang sangat cukup untuk menjawab setiap persoalan
yang akan dihadapi pada jamannya.
Maka
saya terharu ketika melihat ada anak kecil yang usianya belum juga sampai empat
tahun, ‘mainan’ atau hiburannya adalah HP siapapun yang bisa dipinjamnya,
tetapi bukan untuk bermain seperti anak kecil pada umumnya – dia hanya mencari
Al-Qur’an di HP-HP tersebut kemudian mendengarkannya secara khusu’, dia bahkan
tidak mau melihat layar HP itu terbuka.
Dan
Anda tahu apa cita-cita anak ini ? orang tuanya-pun terkejut mendengar
cita-citanya, yaitu ingin menjadi Imam di depan Ka’bah. Dia mencari apa saja
untuk bisa dijadikannya sorban untuk bermain seolah-olah sedang menjadi Imam di
depan Ka’bah, bahkan dia ingin mendengar suara amin dari orang tua di
belakangnya. Sayapun mengaminkan cita-cita si anak ini dan saya yakin demikian
pula pembaca situs ini.
Jadi
untuk sekedar bercita-cita-pun kita sebagai orang tua itu perlu belajar, dan
darimana lagi sumber pembelajaran yang tidak kenal lekang oleh waktu itu selain
dari petunjukNya yang memang disiapkan untuk umat ini hingga akhir jaman.
Untuk
orang tua yang tidak sempat duduk di majlis-majlis ilmu, ataupun yang sering
hadir di majlis ilmu tetapi ngacak tidak terstrtuktur – kami hadirkan
pendidikan orang tua berbasis on-line yang terstruktur dan bersyllabus lengkap,
program Parenting Nabawiyah yaitu salah satu modul yang bisa diakses melalui www.ikuttab.com.
Agar
kita semua bisa bercita-cita !
Post a Comment