Khalid ibn al-Walid (bahasa Arab: خالد
بن الوليد; 592–642) (584 - 642), atau sering
disingkat Khalid bin Walid, adalah seorang panglima perang pada
masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang termahsyur
dan ditakuti di medan perang serta dijuluki sebagai Saifullah Al-Maslul (pedang Allah yang terhunus).
Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak
terkalahkan sepanjang kariernya, terkenal sebagai panglima tertinggi untuk Nabi
Muhammad dan penerus-penerusnya.[1] Dibawah
kepemimpinan militernya lah Arabia untuk pertama
kalinya dalam sejarah membentuk entitas politik yang bersatu, Kekhalifahan.
Mengkomandani pasukan muslim yang baru, dia tak terkalahkan lebih dari
seratus pertempuran termasuk melawan Kekaisaran Byzantium, Kekaisaran Sassanid, dan sekutu-sekutu
mereka termasuk juga suku-suku Arab di luar kekuasaan Khalifah. Pencapaian
strategis dia ialah penaklukan Arab, Persia Mesopotamia dan Suriah Romawi hanya dalam waktu
empat tahun pada tahun 632 ke 636. Kemenangan-kemenangan yang terkenal darinya
ialah kemenangan telak pada Pertempuran Yamama, Pertempuran Ullais dan Pertempuran Firaz, dan kesuksesan taktis
pada Pertempuran Walaja dan Pertempuran Yarmuk.[2]
Khalid bin Walid (Khalid anak al-Walid, Anak abadi dari yang
baru terlahir) berasal dari Suku Quraisy, klan yang melawan
Nabi Muhammad. Dia memiliki peran vital dalam kemenangan orang Mekkah sewaktuPertempuran
Uhud melawan orang Muslim. Dia menjadi Mualaf dan masuk Islam, bergabung bersama
Muhammad setelah terjadinya Perjanjian Hudaibiyyah serta
berpartisipasi dalam berbagai ekspedisi untuk Muhammad, seperti Pertempuran Mu'tah. Ini merupakan
pertempuran pertama antara orang Romawi dan Muslim. Khalid bin Walid melaporkan
bahwa pertempuran tersebut amatlah sengit sampai-sampai dia menggunakan
sembilan pedang, yang kesemuanya patah dalam pertempuran tersebut. Setelah
kematian Nabi Muhammad, dia didapuk peran yang penting memimpin pasukan Madina untuk Abu Bakar
dalamPerang Ridda, menaklukan Arabia
tengah dan menaklukan suku-suku Arab. Dia menaklukkan Negara Satelit Arab Sasanid
yaitu Al-Hirah, sertah
mengalahkan Pasukan Sasanid Persia dalam
penaklukan Irak(Mesopotamia). Dia nantinya digeser
ke front Barat untuk menaklukkan Siria Romawi dan Negara Boneka
Bizantium Arab yaitu Ghassanid.
Kelahiran
Khalid bin Walid ( Syaifullah Al - Maslul ) dilahirkan kira-kira 17 tahun
sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang
dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk di
antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri
Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara
sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main
adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu
perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Awalnya Khalid bin Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal
dengan pasukan kavalerinya. Pada saat Pertempuran
Uhud, Khalidlah yang melihat celah kelemahan pasukan Muslimin yang menjadi
lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan turun dari Bukit Uhud dan
menghajar pasukan Muslim pada saat itu. Tetapi setelah perang itulah Khalid
mulai masuk Islam.
Ayah Khalid yang bernama Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum, adalah salah
seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat
kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua
tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia
memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani
meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau
jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan
sekop sambil berteriak, "O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat
baik terhadap rumahMu".
Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan
ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani dimata rakyat. Karena itu
dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam
ratusan orang akan mengikutinya.
Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah
kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan,
bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.
Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan,
Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku
inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu
Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu
Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya
menentang pengepungan itu.
Kehidupan di keluarga
nya
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya.
Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai
kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan
ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja
untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi
kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju
dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang
Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal
terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang
dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk
mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya
permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya
di dalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni
peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda,
memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal
memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan
yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan
keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap
orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam
seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer
yang luar biasa jenialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol di antara
teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat.
Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu
orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi
agama Islam dan penganut-penganut Islam.Itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan
adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat
kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang
Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid
sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling
depan dalam penggempuran terhadap islam. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan
kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini
diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk
membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam
segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai
pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi
kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa
sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur
kehinaan. Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah
tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera
mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi
di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya
kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan
Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau
mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan
membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran.
Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat
menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi
menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar
bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai
meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih
besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat
kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati
mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik.
Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka
telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa
Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang
Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia
mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan
pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas
ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang,
harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan
akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan
posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera
melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa
orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai
oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam
dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur
orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah
genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan
mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara
beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru,
dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah mengubah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi
suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai.
Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang,
kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan
lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya.
Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan
memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang
mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Memeluk Islam
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena
Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam
dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan
peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan
menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid diamanahkan
untuk memperluas wilayah Islam dan membuat kalang kabut pasukan Romawi dan Persia. Pada tahun 636, pasukan Arab yang
dipimpin Khalid berhasil menguasai Suriah dan Palestina dalam Pertempuran Yarmuk, menandai dimulainya
penyebaran Islam yang cepat di
luar Arab.
Pada masa pemerintahan Umar bin
Khattab, Khalid diberhentikan tugasnya dari medan perang dan diberi tugas untuk
menjadi duta besar. Hal ini dilakukan oleh Umar agar Khalid tidak terlalu
didewakan oleh kaum Muslimin pada masa itu.
Sumber
wikipedia dengan perubahan yang di perlukan
Post a Comment