Sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah memiliki keutamaan yang agung dalam syariat. Di antaranya adalah:
1. Allah Subahanhu wa Ta’ala bersumpah dengannya.
Allah berfirman, ( وَالْفَجْرِ
(1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ ) “Demi waktu fajar. Dan demi
sepuluh malam.” (QS. Al-Fajr (89): 1-2) Makna
sepuluh malam dalam ayat yang mulia ini adalah sepuluh malam yang pertama dalam
bulan Dzulhijjah, menurut mayoritas ulama tafsir, dan inilah pendapat yang
benar menurut penelitian imam Ibnu Katsir ad-Dimasyqi.
2. Ia merupakan hari-hari yang
disyariatkan secara khusus untuk memperbanyak dzikir. Allah berfirman (yang
artinya),
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai
manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang
telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa
binatang ternak.” (QS. Al-Haj (22): 28)
Menurut mayoritas ulama tafsir, termasuk
di antaranya sahabat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, maksud dari menyebut nama
Allah pada hari-hari yang telah ditentukan adalah sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah.
3. Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersaksi bahwa sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari di dunia yang paling mulia.
Dari Jabir RA bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda, “Hari-hari di dunia yang paling
utama adalah sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijjah).” Para
sahabat bertanya, “Hari-hari yang dipergunakan (jihad) di jalan Allah
juga tidak menandinginya?” Beliau menjawab, “Hari-hari yang dipergunakan di jalan Allah juga tidak mampu
menandinginya, kecuali seseorang yang wajahnya terjerembab di dalam debu (gugur
di medan jihad hingga wajahnya beralaskan tanah).” (HR. Al-Bazzar dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh syaikh Al-Albani)
4. Hari Arafah.
Wuquf di Arafah jatuh pada tanggal
9 Dzulhijjah setiap tahun. Hari wuquf di Arafah adalah hari yang sangat agung.
Pada saat tersebut Allah mengabulkan doa, mengampuni dosa, menerima taubat, dan
membebaskan hamba-hamba yang diridhai-Nya dari siksa api neraka. Begitu
agungnya hari tersebut, sehingga Rasulullah SAW bersabda, “Haji adalah (wuquf di) Arafah.” (HR. Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad. Hadits shahih)
5. Hari penyembelihan.
Hari penyembelihan atau biasa
disebut yaum an-nahr dan idul Adha, jatuh pada tanggal 10
Dzulhijjah setiap tahun. Ia merupakan hari raya seluruh umat Islam, dan bagi
para jama’ah haji merupakan salah satu rangkaian manasik haji yang sangat
penting. Sebagian ulama bahkan berpendapat hari tersebut merupakan hari paling
mulia dalam satu tahun, sebagaimana hadits dari Abdullah bin Qurth RA
bahwasanya Nabi SAW bersabda,
أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Hari yang paling agung di sisi
Allah adalah hari penyembelihan dan hari sesudahnya.” (HR. Ahmad, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ath-Thabarani,
Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Abu Nu’aim al-Asbahani. Dinyatakan shahih oleh
Al-Arnauth dan Al-Albani)
6. Induk berbagai ibadah terkumpul pada
hari-hari tersebut.
Al-hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani
dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari mengatakan, “Nampaknya
hal yang menyebabkan keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah
berkumpulnya induk-induk ibadah pada hari-hari tersebut, yaitu shalat, shaum,
sedekah, dan haji. Hal itu tidak mungkin terkumpul pada hari-hari yang lain.”
Semoga bermanfaat serta kita dapat
melewati sepuluh pertama bulan Dzulhijjah ini dengan meraih pahala yang
berlimpah, insyaAllah.
Wallahu a’lam bish-shawab
Semoga Bermafaat..
Post a Comment