Sudah ribuan tahun ketaatan Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam menjadi contoh bagi ketaatan umat-umat sesudahnya, bahkan secara specifik Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-pun diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim yang hanif (QS 16:123). Maka tidak habis-habisnya kisah Ibrahim itu menjadi inspirasi, juga bagi umat akhir jaman yang hidup dalam perkembangan teknologi yang sudah sangat maju ini. Salah satu inspirasi itu adalah apa yang saya sebut Visi Ibrahim.
Bayangkan ribuan tahun lalu ketika Ibrahim meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya yang masih kecil Ismail di lembah yang saat itu belum dihuni manusia, dia sudah bisa memvisikan akan seperi apa lembah itu nantinya – dan inilah yang dimohonkan dalam do’anya :
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (14:37)
Kemudian ketika dia bersama anaknya yang sudah beranjak dewasa membangun dan membersihkan Ka’bah, Dia kembali berdo’a :
“… Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (2:126)
Di tengah padang yang tandus yang tidak tumbuh tanaman, di daerah yang belum bertuan – tetapi Nabi Ibrahim sudah memvisikan daerah itu akan dibanjiri buah-buahan, didatangani oleh sejumlah besar manusia, dan akan menjadi negeri yang aman. Visi Ibrahim itulah yang kini terbukti di kota Mekah, yang tidak pernah kekurangan buah-buahan, tidak pernah sepi dari manusia dan menjadi tempat paling aman di dunia.
Pelajarannya adalah bila Ibrahim di padang yang tandus, di daerah yang belum berpenghuni-pun bisa memvisikan situasi yang sangat berbeda hingga ribuan tahun kedepan – bisakah kita meniru visi beyond horizon – jauh melebihi ufuk cakrawala – bagi negeri yang mayoritasnya dihuni oleh pengikut agama Ibrahim ini ? harusnya –pun bisa.
Dan bahkan ini juga sudah divisikan para mujahid pejuang kemerdekaan negeri ini yang dahulunya mem-visikan negeri yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur. Hanya ketika visi itu tidak tersambung ke umat dan pemimpin-pemimpin berikutnya, maka yang kita rasakan adalah jauh panggang dari api.
Di negeri yang segala macam tanaman tumbuh ini, kita malah mengimpor segala macam buah-buahan dan bahan makanan lainnya. Di negeri yang sumber segala macam obat tumbuh di sekitar kita, kita malah begitu banyak tergantung pada bahan obat yang kita impor.
Dimana salahnya kira-kira ? Saya kawatir salahnya ada pada kita semua, sebagai rakyat atau penduduk negeri ini – seharusnya bila kita beriman dan bertakwa akan dilimpahkan olehNya berkah dari langit dan dari bumi (QS 7:96). Juga sebagai pemimpin, keturunan Ibrahim seharusnya menjadi pemimpin bagi seluruh manusia di segala bidang – mengapa kita tidak ? Jangan-jangan ada kedhaliman pada diri kita.
Perhatikan ayat berikut : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dlalim". (2:124)
Jadi introspeksinya ada pada diri kita, bila saat ini kita tidak memimpin dalam dunia politik, teknologi, ekonomi, peradaban dlsb, bisa jadi itu karena kedhaliman kita semua.
Maka momentum Iedul Adha yang disyariatkan oleh Allah untuk kita dapat menapak tilasi ketaatan Ibrahim dan putranya Ismail – bisa jadi momementum untuk kita semua bisa introspeksi terhadap diri kita sendiri – mengapa janji Allah untuk mendudukkan pengikut agama Ibrahim pemimpin bagi seluruh manusia – belum terlaksana pada diri kita ?
Dari sini pulalah kita bisa memvisikan kedepannya akan seperti apa kita ? seperti apa peran umat ini di kancah peradaban dunia dst. Dari mana kita mulai visi besar ini ?
Visi itu seperti kita melihat bintang di langit, ada milyaran bintang di langit tetapi bagi yang tidak memiliki ilmunya – tidak bisa melihat petunjuk sama sekali. Padahal Pada milyaran bintang itu senantiasa membawa petunjuk dari dahulu hingga kini.
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS 6:97)
Sama dengan melihat bintang-bintang tersebut, untuk kita tahu arah visi kita – kita harus memiliki ilmu yang dibutuhkannya. Kita harus ada ilmu untuk bisa connecting stars (dots!) – merangkai milyaran titik-titik di langit menjadi petunjuk arah perjalaan kita di malam yang gelap.
Milyaran titik-titik itu saat ini berupa berbagai data yang selalu bisa kita gali tidak habis-habisnya tentang alam sekitar kita. Dalam bidang makanan dan obat yang menjadi kebutuhan utama kita misalnya, tidak ada habis-habisnya jenis tanaman yang bisa kita identifikasi sebagai sumber makanan unggulan dan obat bagi kita – yang dapat tumbun sangat baik di negeri tropis yang termasuk paling kaya dalam keaneka-ragaman hayatinya ini.
Bayangkan kalau kita memiliki visi yang benar saja tentang makanan dan obat-obatan ini, tidak perlu menunggu 70 tahun merdeka dan 7 presiden silih berganti untuk bisa membuat kita mandiri pangan dan obat – yang itupun hingga kini alih-alih tercapai malah cenderung tambah parah.
Tetapi kondisi inpun tidak perlu membuat kita malah kehilangan visi, justru sebaliknya – umat inilah sekarang yang harus bisa melihat bintang-bintang di langit tersebut – kita harus bisa connecting dots. Tidak harus menunggu pemimpin umat yang belum jelas untuk meng-guide kita, bisa mulai dari diri kita sendiri – apa yang bisa kita perbuat agar kita memenuhi syarat yang dijanjikan Allah - umat yang menjadi pemimpin bagi seluruh manusia tersebut di atas. InsyaAllah kita bisa.
Post a Comment